Langsung ke konten utama

MA , KEMBALIKAN WAKTU KU

Langit sore itu terlihat tak seindah biasanya , terlihat gelap nan pekat di atas sana meskipun masih tetep terlihat indah dengan warna ini . tetes demi tetes air nan sejuk berjatuhan membasahi bumi ini
Rara , gadis berusia lima  belas tahun ini , tak henti-hentinya menghitung tiap tetes air hujan yang mengalir di jendela kamarnya . terasa sejuk dan menenangkan hati setiap jiwa yang menikmatinya .
Fikirannya pun melayang terbang ke dunia fantasi , menciptakan keindahan yang luar biasa dengan warna warni pelangi yang menghiasi tiap sudut khayalannya , namun semua khayalan itu hancur berantakan dalam waktu singkat saat terdengar suara wanita dari balik pintu kamarnya .
Tok …..tok …. Tok …” Ra, ra mama boleh masuk “
“Ah..Eh boleh ma , masuk aja gak di kunci kok”
“Kamu lagi apa sayang ?”  
“ ngeliatin hujan aja ma”
“kamu ini , demen banget ngeliatin hujan , entar ada petir loh”
“Habisnya enak mah ngeliatin hujan
Senyum manis terukir indah di bibir wanita 30 tahun itu
“Ra …..mama mau ijin sama kamu” agak ragu ibunya mengutarakan keinginannya
“Ijin apa ma ?” rara tau jawaban mamanya namun rara hanya memastikan kalau yang di fikirannya itu tidak benar
“Mama, mau pergi ke Bali besok pagi dan kemungkinan pulang 2 minggu ke depan”
Benar apa yang ada di fikiran rara
“Mama mau pergi lagi ? kan mama baru tadi pagi pulang masa iya mama tega ninggalin rara sendiri lagi” kekecewaan itu terlihat jelas di wajah gadis kecil itu
“Maafin mama sayang , tapi pekerjaan mama memaksa mama untuk pergi .”
“Apa gak bisa di tunda minggu depan ma ?”
“Gak bisa sayang”
Wanita itu langsung memeluk gadis kecilnya yang meskipun tak menangis namun setetes air mata yang jatuh dari mata indahnya cukup menggambarkan kesedihan dan kekecewaannya . dan keduanya pun terhanyut dalam pelukan hangat itu , pelukan yang rara rindukan beberapa bulan ini . pelukan yang sempat hilang entah kemana , hingga pelukan itu terlepas kembali.
“sayang , kamu  lanjutin gih ngeliat hujannya tapi awas kalo ada gledek yah”
“Iya mamah”
Ibunya mengecup kening rara sebelum meninggalkan gadis kecil itu di ruangan yang cukup luas dan lengkap dengan fasilitas elektronik . tempat dimana rara menghabiskan tiap malamnya dengan kesendirian dan kerinduan hangatnya keluarga yang harmonis , namun itu dulu sebelum kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai .
Rara menatap kosong kea rah jendela dengan kesedihan yang teramat menyelimuti hatinya .
Tepat pukul 05.00 pagi deringan jam weker membangunkan rara dari mimpi indahnya
Segera rara menuju kamar mandi bersiap-siap untuk ke sekolah dan tak lupa dengan ibadahnya .
Selepas sholat subuh Rara menuju dapur tempat dia menghilangkan kesedihannya dengan membantu mbok nah , satu-satunya pembantu yang dekat dengan rara dan betah di rumah itu berbeda dengan pembantu-pembantu yang lain yang hanya bertahan paling lama sebulan , tak betah dengan kenakalan rara.
“Pagi mbok ….” Rara langsung memeluk si mbok dari belakang
“Eh …non , uda bangun uda wangi lagi”
“Uda dong mbok , kan si mbok pernah bilang harus bangun pagi buat sholat”
“Ihhh , non nya si mbok uda makin pinter” Si mbok mengecup pipi rara
“Mbok mau buat sarapan apa sih”
“Nasi goreng non”
“Akh aku gak pengen nasi goring mbok” bibir rara manyun yang buat si mbok gemes dan menariknya
“Terus non pengennya apa??”
“Ayam goring aja ya mbok , mama kan doyan banget sama ayam goreng mbok jadi bisa nikmati ayam goreng bareng mama hari ini walopun Cuma sarapan”
“Nyonya sudah pergi non , tadi pagi-pagi sekali sekitar setengah 05.00 pagi , ibu mau pamit sama non tapi non masih pules banget jadi ibu gak tega”
Wajah rara seketika berubah kusut , terlihat kekecewaan tergambar di wajah manisnya , dan si mbok mencoba merayunya.
“sudah non , jangan sedih ayo  kita masak nanti sarapannya si mbok suapin deh”
“Yey ……. Si mbok emang paling bisa ngembaliin semangatku”
Keduanyapun terhanyut dalam suasa hangat pagi hari dengan rasa saling menyayangi layaknya seorang ibu dan anak.
Setelah selesai dengan masak memasak dan menyantap masakannya rara berangkat ke sekolahnya
“Mbok , rara pergi dulu yah “
“Iya non cakep , belajar yang rajin  yah jangan lupa do’a nya terus hati-hati di jalan jangan kebut-kebutan”
“Iya mbok cerewet ikh”
Rara mencium tangan si mbok  dan langsung mengayuh sepedanya untuk berangkatmencari ilmu di sekolah nya .
***
Dua minggu berlalu, rara menjalani harai-harinya hanya dengan mbok nah , ya hanya mbok nah ibunya sibuk dengan pekerjaannya sementara ayahnya sudah tak perduli dengan rara lagi dia hanya memikirkan keluarga barunya bersama istri mudanya yang telah menghancurkan keutuhan keluarganya .
Sedih , sepi dan kosong yang terasa , dadanya sesak mengingat semua memori indah yang pernah terjadi dulu , semuanya berkumpul saling member kehangatan satu sama lain .namun khayalan itu buyar ketika ponsel nya bordering .
Rara melihat tertulis mama di layar Handphonenya  ,agak ragu rara mengangkatnya
“Assalamu’alaikum sayang”
“Wa’alaikumussalam ma”
“sayang , mama minta maaf ya !!! kerjaan mama belom selesai jadi harus di perpanjang seminggu lagi disini”
Rara hanya diam Hati nya terasa sakit , bagai petir menyambar di dadanya terasa sesak ingin marah namun rara menahannya
Diamnya rara membuat ibunya bingung
“sayang , kamu gak kenapa-kenapa kan ?”
“eh…. Gak kok ma , gak kenapa kenapa . mama jaga kesehatan yah “
“iya sayang , ya udah mama mau lanjutin kerja yah, kamu hati-hati jangan lupa kesehatannya”
Percakapanpun berakhir , ibu rara memang selalu mengabarinya namun itu gak cukup buat rara , karna yang rara butuhkan kehangatan dan cinta kasih dari satu-satunya orang tua yang dia miliki saat ini .
***
Siang itu suasana di kelas begitu ricuh dengan murid yang berseliweran lari sana sini di kelas , dan kedatangan bu Ratna menghentikan kericuhan yang ada .
“Selamat siang anak-anak “
“Siang bu” serentak semua menjawab dengan semangat
“semangat sekali kalian , sebelumnya ibu ada undangan rapat buat orang tua kalian kalian tolong ini kalian kasi ke orang tua kalian dan kalo bisa semua wali murid harus hadir ya “
“baik bu”
Semua murid menerima undangan rapat itu , namun hanya rara yang menerimanya dengan muka sedih
“Sekarang buka halaman 20 dan kerjakan soalnya “
Kegiatan belajar mengajarpun berlangsung dengan tertib semua murid mengerjakan tugas tanpa ada keributan .
Sampai dirumah rara menyerahkan surat undangan itu kepada si mbok .
“Apa ini non” dengan raut wajah bingung si mbok menerima amplop putih itu
“Itu undangan rapatwali murid mbok , untuk ngebahas UN nanti “
“lah kenapa di kasi ke si mbok non??” masih dengan wajah bingung
“Terus mau rara kasi sapa mbok ? kan yang rarapunya Cuma si mbok mama masih lama pulangnya , mbok yang dateng ya!!!”
“Akh si non ada-ada aja , gak panteslah si mbok  yang……… “ belom selesai si mbok bicara rara langsung memotongnya
“pokoknya si mbok harus dateng lusa ke sekolah ku titik”
Rara langsung menuju ke kamarnya dan meninggalkan si mbok dengan kebingungan luar biasa :D
***
Malamnya rara merasakan sakit luar biasadi kepalanya  wajahnya pucat bagai tak ada darah lagi rara mencoba memanggil si mbok namun tubuhnya taklagi mampu berdiri meski rara memaksa hingga rara terjatuh dan menyenggol vas bunga yang ada di meja hiasnya .
Si mbok terkejut dengan suara dari kamar rara dan dia langsung melihat rara , sesampainya di kamar rara di mbok sudah mendapati rara tak sadarkan diri dan si mbok mengangkat rara ke atas ranjang dan dengan segera menelpon dokter firman , dokter pribadi rara dan ibunya .
Kecemasan terlihat di wajah wanita tua itu
“Gimana dok dengan keadaan non rara?”
“dia sepertinya tertekan  dengan masalahnya , coba di mbok tanyakan apa yang sedang di fikirkannya hinggaseberat itu “
“Baik dok , sebelumnya terima kasih banyak dok”
“Iya mbok …….jangan lupa obatnya rara y mbok “
“Iya dok “
Si mbok mengantar dokter firman sampai di depan gerbang , setelah dokter firman hilang di telan gang di perempatan si mbok langsung ke kamar rara
***
Sakit rara semakin parah ibunya tak kunjung pulang karna alas an pekerjaan yang masih belum rampung , hingga akhirnya rara harus di rawat inap di RS , tubuh rara makin kurus rara tak mau makan jika bukan ibunya yang menyuapi .
Semakin hari kondisi kesehatan rara makin memburuk hingga rara menghembuskan nafas terakhir
Disitulah penyesalan terlahir , hanya puing puing penyesalan yang di rasakan ibunya rara . pekerjaannya menyita waktu untuk buah hatinya yang selalu merindukan kehangatan cinta kasihnya .



The End
With Love
Vietha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bintang Paling Bersinar

Saat semua telah larut dalam kesunyian malam , nia seorang gadis Belia yg hidup sendiri di sebuah rumah mewah di kawasan Jakarta barat masih terdiam melihat dua bintang yang paling bersinar malam itu sambil melihat sebuah rekaman milik Ayah nya dan mengkhayalkan kehidupan nya dulu yang indah sebelum kejadian itu merenggut seluruh anggota keluarga nya . Kejadian itu terjadi sekitar 2 tahun lalu kala itu nia dan keluarga nya di kenal sebagai keluarga yang sangat di segani dan di hormati seluruh warga di daerah sekitar tempat tinggal nya . Nia melalui hari-harinya dengan kebahagiaan yang tak terkira . Ayah dan ibu nya sangat menyayangi nya , ia selalu di manja kebetulan dia anak satu-satu nya sehingga kasih sayang kedua orang tua nya sepenuhnya ia dapatkan . Namun di suatu hari , Dinda kakak sepupu nya Nia ponakan dari ayah nya melangsungkan acara pernikahan di Bandung . Nia dan keluarga nya pergi ke acara pernikahan dinda dengan mengendarai mobil , karna nia tak ingin nai

Jatuh cinta yang salah alamat

Ketika bagiku kau adalah tujuan  Kau malah menjadikanku salah satu dari pencarian  Awalnya , ku kira ini sebuah kebenaran karna selama ini jatuh hati tak pernah sebenar ini  Tapi , aku salah  Aku salah memilih tempat untuk menetap  Entah ini cara Tuhan meng-iyakan skenariomu  Entah pula cara Tuhan mengajarkanku untuk membuka sedikit hati yang selama ini ku tutup rapat karna sakit  Entahlah , ku coba untuk ikhlas tapi tetap saja sakit  Kau yang awalnya berusaha keras memberiku harap  Kau pula yang akhirnya berusaha merusak segala harap  Ku coba untuk melupa tapi sialnya aku semakin ingat  Dan bodohnya aku masih menyemai harap yang aku sendiri tau harap itu sudah kau matikan tanpa sisa